Oleh: Al-Ustadz Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La
Firlaz
Saya baru menyadari ternyata rasa takut juga bagian
dari cinta. Jika diibaratkan sebagai sebuah lukisan indah, Cinta adalah gambar
hidup yang menghembuskan nafas-nafas kehidupan. Perasaan takut telah mengambil
bagian tersendiri di dalam lukisan itu sebagai kepingan puzzle yang cukup
menentukan letak keindahannya. Tanpa rasa takut, lukisan Cinta tidak akan
benar-benar hidup.Kenapa bisa?
Cinta akan melahirkan rasa takut…Takut kehilangan,
takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya
yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan
Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap
langkah kaki.
Mungkin ada juga yang merasakan takut-takut semacam
ini dengan alasan pernah jatuh Cinta. Akan tetapi, Cinta yang syar’i -kah itu?
Sensasi rasa takut yang ikut mengalir bersama Cinta yang syar’i sungguh-sungguh
berbeda! Seperti apakah Cinta syar’i itu? Bukan pacaran seperti lazimnya orang
sekarang! Bukan nafsu sesaat yang menjadi trend saat ini!
Cinta syar’i adalah simbol suci dari janji setia
antara dua mempelai dalam akad ijab kabul berdasarkan syaria’t Islam. Cinta
syar’i disebut oleh Al Qur’an sebagai miitsaaqan ghaliidzaa. Perjanjian
berat yang mengikat, seperti itulah maknanya kurang lebih. Cinta syar’i adalah
dunia keindahan tanpa batas. Dari awal hingga akhir hanya berisi hal-hal
indah.Walau terkadang muncul konflik,toh akan berujung dengan keindahan juga.
Cinta syar’i merupakan sumber ketenangan, ketentraman
dan siraman rahmat. Seakan tiada yang menyusahkan hati,tak ada yang memberatkan
pundak juga tanpa kesulitan yang mengikat, jika seorang hamba telah melabuhkan
dirinya dalam dermaga bernama Cinta syar’i.
Subhaanallah!
Oh…alangkah hebat dan indahnya Allah menggambarkan
Cinta syar’i di dalam Al Qur’an! Simaklah firman Nya berikut ini ;
وَمِنْ
ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا
إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً
وَرَحْمَةً إِنَّ فِي
ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)
Ayo…kita resapi bersama kata-kata penuh motivasi
dari ahli tafsir masa kini,Syaikh Abdurrahman As Sa’di -rahimahullah-,
“Ghalibnya, engkau tidak akan bisa menemukan jalinan
kasih dan cinta seperti halnya yang dirasakan oleh sepasang suami istri!”
Luar biasa!
00000_____00000
Akad nikah dengan ijab kabul-nya adalah prosesi suci yang mesti dihormati. Akad
nikah merupakan pintu gerbang menuju surga duniawi yang dihalalkan oleh
syari’at. Bertujuan menghimpun dan memadukan cinta, rahmah dan mawaddah, maka jangan
pernah engkau kotori jalinan suci itu dengan noda-noda walau setitik! Hal-hal
kecil usahlah menjadi pintu perusak sebuah tatanan keluarga!
“Sayang…kamu dulu pernah pacaran?”
Ah…buang jauh-jauh pertanyaan semacam ini! Apa
urgensinya dari pertanyaan semacam ini? Terbukti pertanyaan senada dengan ini
malah menimbulkan petaka. Jawaban apa yang harus diucapkan oleh pasangan Anda
dari pertanyaan ini? Antara iya dan tidak, bukan?
Biarlah yang berlalu tetap berlalu. Siapa juga yang
tidak punya masa lalu? Akan tetapi, setelah ijab kabul diikrarkan, bukankah
kehidupan telah mulai ditulis dalam lembaran baru? Isi saja lembaran-lembaran
baru itu dengan menciptakan momen-momen indah! Penuhkan lembaran-lembaran baru
itu dengan lukisan-lukisan indah!
Jangan melakukan tindakan yang bodoh! Misalnya?
Menuntut pasangannya untuk menyerahkan password alamat
email, sebagai contoh. Atau mengobok-obok isi facebook dan twitternya (hidup
tanpa facebook dan twitter lebih nikmat dan tentram). Handphone pasangannya di
ubek-ubek. Kenapa ia lakukan itu? Barangkali pasangannya menyimpan masa lalu.
Saudaraku…hidup berumah tangga itu pondasi utamanya
adalah saling percaya. Akan hambar dan tanpa rasa jika Cinta di dalam sebuah
rumah tangga tidak dibangun di atas saling percaya. Tumbuhkan prasangka yang
baik dan biarkan sebagai sendi dan nadi kehidupan sehari-hari. Bukankah ia
telah memilih dan menerima dirimu sebagai pasangan yang syar’i? Percayalah
kepadanya!
Jika muncul atau terbetik rasa ragu, was-was atau
bimbang…kenang-kenanglah kembali saat prosesi ijab kabul dilaksanakan!
Bagaimana engkau “diserahkan” oleh wali-mu
kepadanya…”Aku nikahkan Fulanah bintu Fulan dengan engkau Fulan bin Fulan
berdasarkan mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Bagaimana engkau menerimanya dengan berucap…”Saya
terima nikahnya Fulanah bintu Fulan berdasarkan mahar demikian dan
demikian…dibayar tunai!”
Subhaanallah!
Indah sekali detik-detik pengabadian Cinta syar’i itu!
Akan menjadi bagian dari sejarah hidup yang tak akan terlupakan. Apakah
prasasti Cinta itu akan engkau hapus dengan alasan ragu, was-was dan bimbang?
Jangan…jangan sekali-kali engkau berpikir untuk memutus jalinan yang telah
diikat! Jangan…jangan sekali-kali engkau berpikir untuk menghapus miitsaaqan
ghaliidzaa itu!
Pernahkah engkau mendengar, Saudaraku? Pernahkah
engkau mendengar sebuah hadits riwayat Muslim (2813) dari sahabat Jabir?
Iblis memposisikan singgasananya di atas lautan. Dari
sana-lah ia menyebarkan seluruh pasukannya untuk menyesatkan manusia.
Prajuritnya yang paling dekat dan paling disayang adalah yang berkemampuan
menimbulkan bencana paling dahsyat.
Kata Rasulullah,
فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً
أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
“Pasukan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang
paling besar fitnahnya”
Kemudian?
Jika prajuritnya datang melapor bahwa ia telah berbuat
kejahatan, Iblis berkomentar,”Ah…engkau tidak berbuat sama sekali!”. Demikian
seterusnya, setiap prajurit yang datang melaporkan kejahatannya, selalu
ditanggapi oleh Iblis dengan ucapan,”Ah…engkau belum berbuat apa-apa!”
Siapa yang dipuji oleh Iblis?
Prajuritnya yang datang melapor,” Aku tidak
meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya”
Prajurit semacam inilah yang disukai Iblis. Ia diminta
untuk mendekat lalu Iblis memujinya, “Sebaik-baik setan adalah kamu!”
Jagalah Cinta syar’i-mu dengan penuh kelembutan.
Jangan biarkan Cinta syar’i-mu rusak oleh kelalaian dan kealpaanmu sendiri.
Ingat…Cinta syar’i adalah harta terindah yang pernah engkau miliki.
00000_____00000
Cinta akan melahirkan rasa takut…Takut kehilangan,
takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya
yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan
Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap
langkah kaki.
Jika memang engkau takut kehilangan dirinya,
berusahalah untuk menjadi yang terbaik di matanya. Buatlah ia selalu tersenyum
riang. Tunaikan kewajibanmu terlebih dahulu sebelum engkau menuntut hakmu.
Yakinlah bahwa al jazaa’min jinsil ‘amal, balasan yang kita dapat sesuai
apa yang kita perbuat.
Jangan pernah lupa untuk berdoa dan mengingatkan
dirinya untuk turut mengaminkan,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 25:74)
Selamat menempuh hidup baru dengan membuka
lembaran-lembaran baru berjudul Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Amin
_Abu Nasiim
Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz_17 Dzulhijjah 1434 H_22 Oktober 2013_Daar El
Hadith Dzamar_Yemen_21.59 saat mengingat seorang kawan yang baru saja menjadi
seorang suami_
Sumber : ibnutaimiyah.org